Pembelajaran Balanced Scorecard
Pada awalnya, Balanced Scorecard diciptakan
untuk mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif
yang hanya berfokus pada sektor keuangan saja, tanpa memperhatikan sektor non
keuangan. Sistem pengukuran kinerja yang hanya menekankan pada sektor keuangan
membuat perusahaan sulit untuk berkembang. Oleh karena itu pada tahun 1990,
Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang
dipimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja
dalam Organisasi Masa Depan.”
Hasil studi tersebut diterbitkan
dalam sebuah artikel berjudul “Balanced Scorecard- Measures That
Drive Performance” dalam Harvard Business Review (Januari-Februari 1992).
Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif di
masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif yaitu
perspektif keuangan, pelanggan/konsumen, proses internal bisnis, serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
1
. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced
Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced dan
scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu
skor yang akan digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang
akan datang, sedangkan balanced artinya berimbang, maksunya adalah untuk
mengukur kinerja seseorang diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan
dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan eksteren (Mulyadi,
2005:1).
Balanced Scorecard merupakan
pendekatan yang menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam
tujuan-tujuan dan pengukuran-pengukuran yang dilihat dari empat perspektif
serta menerjemahkan visi unit bisnis dan strateginya ke dalam tujuan dan
pengukuran yang berwujud, dimana pengukuran tersebut mencerminkan keseimbangan
antara hal-hal sebagai berikut:
a.
Pengukuran hasil (pada masa lalu) dan pemicu kinerja masa depan.
b.
Pengukuran eksternal dengan pengukuran internal.
c.
Pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan.
d.
Proses top-down yang merupakan suatu penjabaran dari visi, misi dan
strategi dengan proses bottom-up dimana hasil pengukuran di tingkat
operasioanal didorong untuk memberikan umpan balik guna mengevaluasi strategi
tersebut.
e.
Pengukuran-pengukuran atas hasil yang dilihat secara objektif, data kuantitatif
dan unsur subjektif yang berwujud pertimbangan-pertimbangan manajerial.
2
. Manfaat Balanced Scorecard
Kaplan dan
Norton (2000:17) mengemukakan beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja Balanced
Scorecard yaitu:
a.
Mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi.
b.
Mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
c.
Menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan.
d. Mengaitkan berbagai tujuan stategis dengan
sasaran jangka panjang & anggaran tahunan
e.
Mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
f.
Melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
g.
Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari & memperbaiki strategi.
Untuk lebih jelasnya tentang hubungan keempat
perspektif dalam konsep balanced scorecard dapat dilihat pada gambar
berikut.
3
. Perspektif-Perspektif dalam Balanced Scorecard
Balanced Scorecard mengukur
empat perspektif yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai
sasaran strategi yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Keempat perspektif
tersebut saling berkaitan yang nantinya akan berusaha meningkatkan kinerja
perusahaan.
Keempat perspektif tersebut diuraikan
berikut ini:
a.
Perspektif Keuangan ( Financial
Perspective )
Dalam
balanced scorecard, perspektif keuangan tetap menjadi perhatian, karena
ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi
yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Pengukuran
kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan
dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan-perbaikan ini
tercermin dari sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan
yang terukur, baik berbentuk Gross Operating Income, Return On
Invesment, atau bahkan Economic Value Added. Sasaran keuangan bisa sangat
berbeda di tiap-tiap tahapan dari siklus kehidupan bisnis. Kaplan dan Norton
membagi daur hidup bisnisnya menjadi tiga tahapan sebagai berikut:
a. Bertumbuh (Growth)
Tahap pertumbuhan merupakan tahap awal
dalam siklus kehidupan bisnis. Di dalam tahap ini perusahaan berusaha untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya.
Di dalam tahap ini perusahaan akan menanamkan investasi sebanyak-banyaknya,
meningkatkan produk baru, membangun fasilitas produksi, meningkatkan kemampuan beroperasi,
merebut pangsa pasar, dan membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan besar perusahaan akan
selalu dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan menfokuskan untuk
penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka panjang nanti.
b. Bertahan (Sustain)
Pada tahap ini perusahaan masih mempunyai
daya tarik yang bagus bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap
ini perusahaan harus mampu mempertahankan pangsa pasar yang sudah dimiliki dan
harus memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang lebih baik sehingga
secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Tujuan keuangan
pada tahap ini biasanya lebih berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan
dengan profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang berkaitan
dengan laba operasional. Untuk mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya
para manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkan pendapat yang dihasilkan
dari investasi modal, sedangkan untuk unit bisnis yang telah memiliki otonomi
diminta tidak hanya mengelola arus pendapatan, tetapi juga tingkat investasi
modal yang telah ditanamkan dalam unit bisnis yang bersangkutan.
c. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi
sebuah perusahaan, karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari
investasi yang dilakukan pada tahaptahap sebelumnya. Yang harus dilakukan pada
tahap ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya
memelihara supaya perusahaan berjalan dengan baik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Kaplan dan Norton bahwa untuk setiap tahap dalam siklus kehidupan bisnis ada
tiga macam pokok tema keuangan yang dapat mendorong strategi bisnis. Ketiga
pokok tema tersebut adalah bauran dan pertumbuhan pendapatan, penghematan biaya
produktivitas dan pemanfaatan aktiva investasi.
b. Perspektif
Pelanggan/Konsumen ( Customer Perspective )
Dalam
perspektif pelanggan, Balanced Scorecard melihat aspek pelanggan
memainkan peranan penting dalam kehidupan perusahaan. Sebuah perusahaan yang
tumbuh dan tegar dalam persaingan tidak akan mungkin survive apabila
tidak didukung oleh pelanggan. Loyalitas tolok ukur pelanggan dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap segmen pasar yang akan menjadi
target atau sasaran. Apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para pelanggan
menjadi hal yang penting dalam perspektif ini.
Ada dua kelompok pengukuran dalam
perspektif pelanggan (customer perspective) yaitu:
a.
Core Measurement Group
Kelompok ini terdiri dari:
1)
Pangsa pasar (market share), mengukur
seberapa besar pasar yang telah dicapai untuk dilayani perusahaan, dan berapa
peluang pasar yang masih dapat dicapai.
2)
Pemerolehan pelanggan (customer acquisition),
mengukur kemampuan perusahaan meningkatkan pelanggan pertahunnya.
3)
Kesetiaan pelanggan (customer retention),
mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan atau memelihara customer yang
telah ada, dilihat dari pelanggan tutup pertahunnya.
4)
Tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction),
mengukur kemampuan perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan.
5)
Profitabilitas pelanggan (customer profitability),
mengukur kemampuan layanan kepada customer atau segmen pasar tertentu
dalam menghasilkan laba.
b.
Customer Value Proposition
Customer value proposition merupakan
sebuah konsep yang penting dalam memahami faktor pendorong pengukuran utama
kepuasan customer, retensi customer, akuisisi customer,
pangsa pasar, dan profitabilitas customer. Menurut Kaplan dan Norton ada
beberapa atribut tentang customer value proposition, diantaranya adalah:
1)
Atribut produk/jasa, meliputi fungsi produk dan
jasa, harga, dan mutu.
2)
Atribut yang berhubungan dengan customer,
yang meliputi dimensi waktu tanggap dan penyerahan serta bagaiman perasaan customer
setelah membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
3)
Atribut citra dan reputasi, yang meliputi
faktor-faktor yang tidak berwujud yang membuat customer tertarik pada
parusahaan.
c. Perspektif
Proses Internal Bisnis ( Intenal Business Process Perspective )
Perspektif
proses internal bisnis menekankan pada penciptaan produk baru yang lebih
berkualitas sampai produk tersebut siap diedarkan kepada customer.
Tentunya proses internal bisnis tidak lepas dari perspektif keuangan dan perspektif
pelanggan. Di dalam perspektif proses internal bisnis ini ada tiga tahap yang
harus dilakukan,yaitu:
a.
Tahap inovasi atau penciptaan produk baru
Pada
tahap ini perusahaan berusaha keras untuk mengadakan penelitian dan pengembangan
produk baru sehingga tercipta produk yang benar-benar sesuai dengan keinginan customer.
Untuk mengukur kinerja pada tahap ini dipusatkan pada tiga indikator yaitu
hasil secara teknis, keuntungan penjualan, dan penilaian keberhasilan
masing-masing individu proyek.
b.
Tahap operasi
Tahap
ini mencerminkan aktivitas yang dilakukan perusahaan mulai penerimaan order customer,
pembuatan produk/jasa sampai pengiriman produk/jasa kepada pelanggan. Pengukuran
kinerja dilakukan dengan 3 cara yaitu kualitas, biaya, & waktu.
c.
Tahap purna jual
Pada
tahap ini perusahaan berusaha memberikan manfaat tambahan terhadap para
pelanggan yang telah menggunakan produk/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
Hal ini dilakukan agar para customer mempunyai loyalitas terhadap
perusahaan. Tolak ukur yang biasa digunakan oleh perusahaan pada tahap ini
adalah tingkat efisiensi per pelayanan purna jual, jangka waktu penyelesaian
perselisihan, dan kadar limbah berbau yang dihasilkan perusahaan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
d. Perspektif
Pembelajaran dan Pertumbuhan ( Learning and Growth Perspective )
Dalam perspektif ini perusahaan berusaha
mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan
suatu perusahaan. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah
menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang berkaitan dengan ketiga
perspektif lainnya dapat terwujud, sehingga pada akhirnya akan dapat tercapai
tujuan perusahaan. Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor
pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam perspektif keuangan,
pelanggan (customer), dan proses internal bisnis. Dalam perspektif ini
ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan yaitu kemampuan karyawan,
kemampuan sistem informasi, serta motivasi, pemberdayaan dan keselarasan.
Dewasa ini peran karyawan terhadap
perusahaan mengalami pergeseran, karena karyawan tidak lagi dipekerjakan secara
fisik tetapi sudah diganti dengan sistem yang lebih canggih. Untuk itu
perusahaan harus memberikan pelatihan kembali kepada para karyawan sehingga
akan menciptakan kreativitasnya yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dalam menentukan tujuan dan ukuran yang berkaitan dengan kemampuan
karyawan ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen, yaitu:
a.
Kepuasan karyawan
Kepuasan
karyawan dipandang sangat penting karena karyawan yang puas merupakan
prakondisi meningkatnya produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan customer
service. Oleh karena itu pihak manajer harus mengamati sedini mungkin
terhadap kepuasan karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan, pihak
manajer dapat melakukan survey yang dilaksanakan secara rutin.
b.
Retensi karyawan
Retensi
karyawan merupakan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan potensial
yang dimiliki perusahaan untuk tetap loyal terhadap perusahaan. Tujuan dari
retensi karyawan adalah untuk mempertahankan karyawan yang dianggap berkualitas
yang dimiliki perusahaan selama mungkin, karena karyawan yang berkualitas
merupakan harta tidak tampak (intangible asset) yang tak ternilai bagi
perusahaan. Jadi jika ada karyawan yang berkualitas keluar dari perusahaan atas
kehendak sendiri, maka hal tersebut merupakan kerugian modal intelektual bagi
perusahaan.
c.
Produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran
hasil dampak keseluruhan usaha peningkatan modal dan keahlian pekerja, inovasi,
proses internal, dan kepuasan customer. Tujuannya adalah membandingkan
keluaran yang dihasilkan oleh karyawan dengan jumlah karyawan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan produk/jasa tersebut. Ukuran yang sering digunakan untuk
mengukur produktivitas pekerja adalah pendapatan per pekerja.
Untuk lebih jelasnya tentang perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective) dalam
konsep Balanced Scorecard dapat dilihat pada gambar berikut.
4. Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan konsep Balanced
Scorecard dalam system perencanaan strategik adalah mampu menghasilakan
rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Mulyadi,
2005:11-15):
1.
Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas
perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik, yaitu dari yang sebelumnya
hanya terbatas pada perspektif keuangan, meluas ketiga perspektif yang lain
seperti pelanggan, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan
perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan tersebut menghasilkan
manfaat berikut ini:
a.
Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipatganda dan berkesinambungan.
b.
Mamampukan organisasi untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2.
Koheren
Balanced
Scorecard mewajibkan personel untuk membangun
hubungan sebabakibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran
strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik
yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal
dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.
Berimbang
Keseimbangan
sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan berkesinambungan.
4.
Terukur
Keterukuran
sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan
ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Balanced
Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang sulit untuk diukur.
Comments
Post a Comment