Tiga jenis manusia

Maka manusia bisa dikategorikan dalam tiga jenis. Pertama, mereka yang melawan kemudian penuh penderitaan. Kedua, yang menyatu dengan setiap putaran kemudian mendapat kedamaian. Ketiga, yang mengolah kejadian menjadi bahan pencerahan.

Seorang sahabat asli Singapura yang bosan melihat keteraturan di negerinya bahagia sekali ketika pertama kali di Bali. Ia tersenyum melihat manusia mengendarai motor tanpa helm atau satu motor dinaiki empat orang.


Bila sahabat Singapura itu orang biasa, ia akan menendang kekiniannya sebagai warga Singapura yang menderita di tengah keteraturan dan mengira orang Bali bahagia. Jika ia guru tercerahkan, mungkin ia melihat pengalaman pencerahan. Keempat warga Bali di satu sepeda motor jelas sekali menyatu dengan tiupan angin, menemukan kedamaian dalam kekinian. Dalam pandangan guru tercerahkan, hidup adalah kasih sayang dalam tindakan. Kesederhanaan satu motor bukan penghalang berputarnya kasih sayang.

Problem manusia kekinian, baru bahagia bila memiliki yang dimiliki orang lain. Atau merasa akan bahagia ketika sejumlah keinginan tercapai. Banyak orang yang tidak berjumpa apa-apa dengan pendekatan ini, bahkan kesembuhan, kedamaian, keheningannya hilang. Diterangi cahaya pemahaman ini, dibanding memperparah kehidupan dengan menendang yang menjengkelkan serta mencengkeram yang menyenangkan, mungkin indah mengingat pesan guru yang bergumam, ”Minumlah tehmu.”

Memeluk lembut kekinian dengan ketenangan, keteduhan, keindahan kasih sayang itulah kesembuhan, kedamaian, keheningan. Mereka yang sudah sampai di sini akan memancarkan cinta ke delapan arah. Berbahagia melihat yang atas berbahagia, berdoa untuk kebahagiaan mereka yang masih di bawah.



Sumber : Yahoo

Comments

Popular posts from this blog

Filosofi Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Sewa Jas Bali Terlengkap dan Murah

7 Bagian Tubuh Yang Dapat Redakan Penyakit