Faktor-faktor Keperilakuan pada Penganggaran Modal
BAB
16
Faktor-faktor
Keperilakuan pada Penganggaran Modal
oleh
Donald
K. Clancy
Associate Professor of Accounting Texas
Tech University
Frank
Collins
Professor University of Miami
And
Robert Chatfield
Associate Professor of Finance Texas
Tech University
Permasalahan
Dewan direksi The Xin,
Inc dalam pertemuan kuartal, mereka mempertimbangkan serangkaian proposal
proyek. Perusahaan ini memiliki beberapa anak perusahaan yang beroperasi di
seluruh dunia dan merupakan salah satu perusahaan indsutri Fortune 500.
Terdapat empat proposal bernilai mulai dari $ 2.000.000 sampai $ 10.800.000
dengan total investasi diproyeksikan senilai $ 21.000.000. Perjanjian yang
terdapat dalam proposal dimana tarif setelah pajak dikembalikan ke negara sebesar
26% - 48%. Dimana, proyek di bawah $ 2.000.000 disetujui oleh ketua dewan serta
anggota senilai $ 100.000 dan disepakati oleh manajer divisi. Dewan ini terdiri
dari ketua, kepala keuangan, dan lima direksi dari luar perusahaan. Gaji ketua
dibayar senilai $ 220.000 per tahun ditambah substansial bonus (sampai dengan $
300.000 tergantung laba bersih pada tahun berjalan). Pembayaran biaya untuk
direksi sebesar $ 40.000 per tahun untuk jasa yang mereka berikan.
Faktor Perilaku
Manajer keuangan dan
akuntan manajerial yang terlibat dalam operasional penganggaran, baik dalam
mengembangkan anggaran serta pelaporan kinerja. Seperti contoh anggaran
operasional meliputi anggaran penjualan, anggaran biaya tenaga kerja, anggaran
biaya produksi, dan anggaran lainnya. Dimana penekanan pada perbandingan hasil
aktual dengan anggaran kontrol, perencanaan, koordinasi dan tujuan, disajikan
secara detail.
Manajer keuangan dan
akuntan manajerial juga terlibat dalam proses penganggaran dari penganggaran
proses dan anggaran modal. Karena keterlibatan ini sangat penting, dimana
mereka menyadari faktor utamanya adalah perilaku. Semua ini sangat mempengaruhi
anggaran untuk modal dan pengambilan keputusan. Maka tujuan pada bab ini yaitu
untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi anggaran pada modal dan
pengambilan keputusan.
Definisi Capital Budgeting
(Anggaran Modal)
Penganggaran modal
dapat didefinisikan sebagai proses pengalokasian dana untuk proyek jangka
panjang. Keputusan penganggaran modal yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan
serta melibatkan jumlah modal yang relatif besar. Komitmen dan jangka waktu
pendanaan serta ketidakpastian yang disebabkan oleh lamanya waktu yang
diperlukan dan kesulitan dalam memperkirakan variabel untuk mengambil keputusan
(jumlah arus kas, waktu, dll). Sebagai contoh proyek untuk penganggaran modal akan
mencakup pembelian peralatan produksi untuk jangka panjang, pembangunan
fasilitas pabrik baru dan staf untuk departemen baru (seperti produksi dan pemasaran
produk baru) dimana membutuhkan modal dan biaya yang cukup besar.
Karena pada dasarnya
jumlah anggaran yang terlibat cukup besar. Maka, akan mengakibatkan
kebangkrutan serta akan merusak penganggaran modal dalam pengambilan keputusan,
masalah arus kas yang sulit, atau paling tidak kegagalan untuk mengoptimalkan
kinerja perusahaan. Maka sebagian besar perusahaan mendekati keputusan ini
dengan cara gravitasi serta terus-menerus mencari cara untuk memperbaiki proses
penganggaran modal.
Untuk membantu dalam
pencarian ini, konsultan, peneliti, dan mereka yang secara langsung berkaitan
dengan pengambilan keputusan tersebut, mengembangkan sejumlah teknik, yang
sebagian besar berkaitan dengan meningkatkan interpretasi ekonomi dengan data yang terkait dalam keputusan
tersebut. Beberapa teknik ini didiskontokan dengan cara mengestimasi kembali
nilai bersih saat ini, analisis sensitivitas, simulasi, dan pemrograman
matematis. Sementara itu, literatur penuh dalam diskusi ini, menunjukkan sangat
sedikit perhatian yang terjadi pada faktor perilaku yang terlibat dalam proses
tersebut.
Jenis dan Pentingnya Faktor
Keperilakuan pada Penganggaran Modal
Faktor
keperilakuan setelah pemilihan teknik memerlukan identifikasi proyek yang
potensial, ramalan (estimasi) arus kas untuk masing-masing proyek, penggunaan
teknik analisis, pemilihan keputusan dan implementasi (proses yang nampaknya
mudah).
Dalam
indentifikasi dan spesifikasi proyek yang potensial memerlukan kreatifitas dan
kemampuan mengubah pemikiran (ide) menjadi sebuah proyek praktis. Pemilihan
keputusan haruslah benar-benar objektif. Ketidakpastian yang tidak bisa
dipisahkan dalam menjelaskan proyek (seperti memperkirakan waktu dari arus kas
atau nilai residu (nilai sisa) sebuah barang) menghambat aplikasi pemilihan
teknik yang objektif. Karena hasil dari analisis teknis harus diinterpretasikan
dengan hati-hati, dimana kemampuan untuk mempertimbangkan dan memutuskan adalah
faktor yang penting.
Contoh
lain dari faktor keperilakuan adalah kesuksesan atau kegagalan sebelumnya
tergantung pada kinerja anggota yang melaksanakan proyek. Akibatnya, akan tidak
bijak untuk mengevaluasi dan mengimplementasi proyek tanpa memasukkan konten
keperilakuan dalam proses. Deskripsi faktor keperilakuan yang lebih lanjut
adalah sebagai berikut:
1. Masalah
Dalam Mengidentifikasi Proyek yang Potensial
Seseorang
yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang kreatif
dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk
organisasi. Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau
mendefinisikan sehingga dapat dilakukan proses-proses pertimbangan. Tidak kalah
pentingnya penjelasan variabel keputusan, dimana pengambilan keputusan
berdasarkan adopsi proyek tidak seharusnya digunakan.
2. Memprediksi
Masalah yang Disebabkan Perilaku Manusia
Ketika
input untuk model keputusan matematis dapat mudah dimengerti, ketidakpastian
yang mendasarinya harus dikenali. Harus disadari bahwa beberapa input (seperti
waktu dan besaran arus kas) tergantung pada kemampuan untuk memprediksi
perilaku yang ditugaskan pada implementasi proyek.
Perhitungan
yang halus dan perbandingan individu dan grup aktivitas yang lebih dari lima
hingga dua puluh tahun merupakan pekerjaan yang berbahaya. Contohnya ketika
keputusan anggaran diperkirakan dapat memprediksi manajemen proyek individu
tertentu, orang tersebut mungkin saja meninggalkan organisasi atau di transfer
dan digantikan dengan orang yang berbeda, sehingga dapat berdampak pada akurasi
estimasi data.
Dan juga secara umum diketahui bahwa seseorang belajar dari
waktu ke waktu karena mereka mengerjakan prosedur tertentu. Sehingga perubahan
kesuksesan dari proyek waktu yang lama harus dimasukkan ke dalam akun pada
prediksi data keputusan dengan mempertimbangkan kemajuan kinerja dari anggota
yang terlibat dalam proyek, sering disebut “kurva pembelajaran”. Kurva ini
berbeda untuk situasi yang berbeda, jadi penting kepada anggota yang terlibat
dalam penganggaran modal untuk mengestimasi kurva pembelajaran dari anggota
yang terlibat dalam proyek. Pergantian anggota yang potensial juga harus
dipertimbangkan saat pembentukan akurasi perkiraan dengan biaya yang
berhubungan dengan proyek.
3. Masalah
Manajer Jangka Pendek dan Pengukuran Kinerja Jangka Pendek
Aspek
keperilakuan lain pada prosedur pemilihan proyek adalah metoda review kinerja
yang tidak konsisten dengan metoda pemilihan proyek. Penilaian kinerja dan
kompensasi cenderung pada ruang lingkup yang kecil, biasanya tahunan, triwulan
atau bulanan. Sehingga berfokus pada manajemen tingkat bawah dan manajemen
level menengah, yang biasanya berkinerja jangka pendek, sering diukur dengan
tingkat pengembalian akuntansi. Proyek yang kinerjanya tidak dimulai dari
periode yang berbeda akan menarik sedikit manajer tingkat yang lebih rendah.
Manajemen tingkat atas harus menyadari bias alami yang disebabkan review proses
kinerja.
Jarang
terdapat kesesuaian antara manajer dan proyek, dimana manajer individu akan
mengambil alih proyek dari pendahulunya dan mulai dengan cara mereka yang
berbeda. Jika pergantian manager yang cukup cepat, maka tidak satu pun manajer
dapat dipertanggungjawaban atas kesuksesan atau kegagalan proyek tertentu.
Modal akan terbuang
jika manajer yang baru secara berkala menghentikan proyek dari manajer
sebelumnya dan memulai proyek baru. Manajemen tingkat atas harus
mempertimbangkan perputaran dalam pemilihan prosedur dan harus mengevaluasi
pada tingkat mana masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut akan berdampak
pada proposal tertentu.
4. Masalah
yang disebabkan Identifikasi Diri Sendiri dengan Proyek
Pada
beberapa kasus, manajer mungkin akan bertahan pada posisinya tanpa dipromosikan
atau ditransfer. Hal ini menyebabkan kesulitan jika manajer mengidentifikasi
diri dengan proyek-proyek yang dipikirkan dan dimulai. Sejak proyek yang
diidentifikasi dengan seseorang atau divisi tertentu, orang tersebut cenderung
melibatkan dirinya sendiri dengan proyek terdahulu yang dia pilih dan akan
berusaha membuat proyek menjadi sukses atau terlihat sukses setelah proyek
didanai.
Manajemen tingkat atas
harus mewaspadai proses yang membuat proyek gagal terlihat baik. Hal ini harus
diketahui sebelum manajer meninggalkan perusahaan atau secara fungsional
menghindari pengakuan proyek dengan pengusulan penghentian kerja.
5.
Pembentukan Anggota dan Proyek
Modal
Dalam
proses pemilihan proyek, manajemen tingkat atas harus mempertimbangkan apakah
pengusulan proyek bagus untuk pengembangan pengusul kali ini. Proyek mungkin
terlalu besar untuk seseorang atau sebuah divisi untuk diserap tanpa mendorong
manajer keluar jangkauannya.
Lain halnya, manajemen
tingkat atas mungkin mendorong suatu divisi untuk terlibat pada suatu proyek
yang secara ekonomis tidak menarik, namun menawarkan keuntungan pelatihan
anggota untuk potensi masa depan yang tidak dapat dikuantifikasikan. Contohnya,
sebuah proyek menyediakan peningkatan kemampuan anggota baik dalam fase
pemilihan dan implementasi dalam penganggaran modal.
6. Masalah
Dalam Mengidentifikasi Proyek yang Potensial
Seseorang
yang terlibat dalam proses penganggaran harus memiliki kemampuan yang kreatif
dalam mencari dan mengamati susunan proyek modal yang potensial untuk
organisasi. Setelah diidentifikasi, mereka harus merinci secukupnya atau
mendefinisikan sehingga dapat dilakukan proses-proses pertimbangan. Tidak kalah
pentingnya penjelasan variabel keputusan, dimana pengambilan keputusan
berdasarkan adopsi proyek tidak seharusnya digunakan.
7. Memprediksi
Masalah yang Disebabkan Perilaku Manusia
Ketika
input untuk model keputusan matematis dapat mudah dimengerti, ketidakpastian
yang mendasarinya harus dikenali. Harus disadari bahwa beberapa input (seperti
waktu dan besaran arus kas) tergantung pada kemampuan untuk memprediksi
perilaku yang ditugaskan pada implementasi proyek.
Perhitungan
yang halus dan perbandingan individu dan grup aktivitas yang lebih dari lima
hingga dua puluh tahun merupakan pekerjaan yang berbahaya. Contohnya ketika
keputusan anggaran diperkirakan dapat memprediksi manajemen proyek individu
tertentu, orang tersebut mungkin saja meninggalkan organisasi atau di transfer
dan digantikan dengan orang yang berbeda, sehingga dapat berdampak pada akurasi
estimasi data.
Dan juga secara umum diketahui bahwa seseorang belajar dari
waktu ke waktu karena mereka mengerjakan prosedur tertentu. Sehingga perubahan
kesuksesan dari proyek waktu yang lama harus dimasukkan ke dalam akun pada
prediksi data keputusan dengan mempertimbangkan kemajuan kinerja dari anggota
yang terlibat dalam proyek, sering disebut “kurva pembelajaran”. Kurva ini
berbeda untuk situasi yang berbeda, jadi penting kepada anggota yang terlibat
dalam penganggaran modal untuk mengestimasi kurva pembelajaran dari anggota
yang terlibat dalam proyek. Pergantian anggota yang potensial juga harus
dipertimbangkan saat pembentukan akurasi perkiraan dengan biaya yang
berhubungan dengan proyek.
8. Masalah
Manajer Jangka Pendek dan Pengukuran Kinerja Jangka Pendek
Aspek
keperilakuan lain pada prosedur pemilihan proyek adalah metoda review kinerja
yang tidak konsisten dengan metoda pemilihan proyek. Penilaian kinerja dan
kompensasi cenderung pada ruang lingkup yang kecil, biasanya tahunan, triwulan
atau bulanan. Sehingga berfokus pada manajemen tingkat bawah dan manajemen
level menengah, yang biasanya berkinerja jangka pendek, sering diukur dengan
tingkat pengembalian akuntansi. Proyek yang kinerjanya tidak dimulai dari
periode yang berbeda akan menarik sedikit manajer tingkat yang lebih rendah.
Manajemen tingkat atas harus menyadari bias alami yang disebabkan review proses
kinerja.
Jarang
terdapat kesesuaian antara manajer dan proyek, dimana manajer individu akan
mengambil alih proyek dari pendahulunya dan mulai dengan cara mereka yang
berbeda. Jika pergantian manager yang cukup cepat, maka tidak satu pun manajer
dapat dipertanggungjawaban atas kesuksesan atau kegagalan proyek tertentu.
Modal akan terbuang
jika manajer yang baru secara berkala menghentikan proyek dari manajer
sebelumnya dan memulai proyek baru. Manajemen tingkat atas harus mempertimbangkan
perputaran dalam pemilihan prosedur dan harus mengevaluasi pada tingkat mana
masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut akan berdampak pada proposal
tertentu.
9. Masalah
yang disebabkan Identifikasi Diri Sendiri dengan Proyek
Pada
beberapa kasus, manajer mungkin akan bertahan pada posisinya tanpa dipromosikan
atau ditransfer. Hal ini menyebabkan kesulitan jika manajer mengidentifikasi
diri dengan proyek-proyek yang dipikirkan dan dimulai. Sejak proyek yang
diidentifikasi dengan seseorang atau divisi tertentu, orang tersebut cenderung
melibatkan dirinya sendiri dengan proyek terdahulu yang dia pilih dan akan
berusaha membuat proyek menjadi sukses atau terlihat sukses setelah proyek
didanai.
Manajemen tingkat atas
harus mewaspadai proses yang membuat proyek gagal terlihat baik. Hal ini harus
diketahui sebelum manajer meninggalkan perusahaan atau secara fungsional
menghindari pengakuan proyek dengan pengusulan penghentian kerja.
10. Pembentukan
Anggota dan Proyek Modal
Dalam
proses pemilihan proyek, manajemen tingkat atas harus mempertimbangkan apakah
pengusulan proyek bagus untuk pengembangan pengusul kali ini. Proyek mungkin
terlalu besar untuk seseorang atau sebuah divisi untuk diserap tanpa mendorong
manajer keluar jangkauannya.
Lain halnya, manajemen
tingkat atas mungkin mendorong suatu divisi untuk terlibat pada suatu proyek
yang secara ekonomis tidak menarik, namun menawarkan keuntungan pelatihan
anggota untuk potensi masa depan yang tidak dapat dikuantifikasikan. Contohnya,
sebuah proyek menyediakan peningkatan kemampuan anggota baik dalam fase
pemilihan dan implementasi dalam penganggaran modal.
Capital Budgeting As a Ritual
Beberapa ilmuwan
tentang perilaku (terutama, Anthony Hopwood) telah menyarankan bahwa proses
penganggaran modal keseluruhan adalah sebuah ritual. Mereka berpendapat
bahwa beberapa proyek yang diajukan oleh manajer tingkat yang lebih rendah
kecuali mereka berdiri dan memiliki kesempatan baik yang akan
disetujui. Terlalu banyak rasa malu dan "kehilangan muka" datang
dengan diidentifikasi dengan proyek ditolak
Setelah proyek menerima persetujuan
awal pada tingkat organisasi yang lebih rendah, biasanya harus dilanjutkan
melalui serangkaian ulasan dan persetujuan atas hirarki
organisasi. Seperti hasil, itu akan mendapatkan momentum yang sulit untuk
berhenti. Memang, setelah proyek telah menerima persetujuan (atau, bisa
dikatakan, berkah) pada beberapa tingkatan yang lebih rendah, pembuat keputusan
tingkat atas biasanya benci untuk menolaknya. Asalkan dana yang tersedia,
biasanya akan disetujui sejak saat ini, banyak manajer tingkat yang lebih
rendah dan analis telah menunjukkan persetujuan dan komitmen untuk proyek
pribadi mereka. Penolakan pada titik ini akan dianggap sebagai
"tamparan di wajah" oleh mereka yang sebelumnya telah mendukung
proyek ini.
Dengan
demikian, manajer tingkat atas biasanya akan menolak sebuah proyek hanya jika
ada alasan yang luar biasa untuk melakukannya. Dan sebagai proyek naik
oven lebih lanjut atas hirarki, momentum terus tumbuh sehingga keputusan akhir
memang lebih menyerupai berkat maka keputusan persetujuan rasional
Mencari risiko dan risiko perilaku
bertentangan
Individu bereaksi secara berbeda
terhadap risiko. Beberapa orang tampaknya menikmati membuat keputusan
berisiko dan berada dalam situasi berisiko sementara yang lain berusaha keras
untuk menghindari melakukannya. Keadaan tertentu bertentangan dengan
risiko pengambil keputusan penganggaran modal akan mempengaruhi bagaimana dia
bereaksi terhadap proyek. Atas dasar set data yang sama, dua pengambil
keputusan yang berbeda sangat mungkin untuk membuat keputusan yang berlawanan
tergantung pada perasaan mereka tentang risiko.
Sharing The Proverty
Fenomena "Sharing The Proverty" sering memiliki efek penting pada proses
penganggaran modal. Hal ini terjadi ketika ada lebih berpotensi
menguntungkan proyek penganggaran modal yang tersedia daripada ada dana untuk
membiayai mereka suatu kondisi yang disebut penjatahan modal.
Menghadapi keadaan ini, top
manajemen kadang-kadang memilih untuk mengalokasikan
dana yang tersedia mungkin sebagai banyak manajer yang memungkinkan, meskipun
itu mungkin berarti untuk pergi dari proyek yang lebih
menguntungkan. Misalnya, ini mungkin terjadi ketika seorang manajer
memiliki tiga proyek potensi besar sedangkan manajer B dan C memiliki proyek
hanya potensi yang adil. Jika hanya tiga proyek dalam rangka untuk
mendanai proyek-proyek B dan C juga.
Dalam arti, manajemen puncak
bereaksi terhadap tekanan politik internal dan tidak membuat keputusan
berdasarkan persetujuan ekonomi yang terlibat, meskipun hasilnya mungkin tidak
optimal dari perspektif ekonomi.
SEBUAH FASAD RASIONAL
Faktor manusia yang sangat banyak terlibat
dalam proses penganggaran modal, meskipun sangat sedikit perhatian telah
dibayarkan kepada mereka dalam literatur.
Dalam meninjau faktor-faktor ini,
kami telah mencatat masalah yang disebabkan oleh kesulitan dalam
mengidentifikasi dan memilih proyek-proyek modal dan kebutuhan akan kreativitas
dan penilaian manusia. Kami telah mencatat masalah yang disebabkan oleh
kesulitan dalam memprediksi perilaku manusia dan bagaimana ini diperburuk oleh
sifat jangka panjang dari proyek-proyek modal. Kami juga telah mengamati
bahwa banyak manajer akan cenderung memiliki langkah-langkah jangka
pendek. Hal ini dapat determental dengan manajemen dan pemilihan
proyek-proyek modal yang memerlukan perspektif jangka panjang.
Kami telah menunjukkan bahwa ada manajer yang akan membuat keputusan penganggaran modal dan kemudian ditransfer atau dipromosikan sebelum proyek dapat dikembangkan, dimanfaatkan, dan berakhir. Akibatnya, manajer ini tidak hadir untuk menerima pujian atau menyalahkan untuk keberhasilan atau kegagalan proyek. Masalah juga ada ketika manajer tetap berada di posisi mereka melalui kami untuk kehidupan proyek, dalam hal ini, manajer mungkin terlibat dalam perilaku disfungsional dalam rangka untuk memastikan keberhasilan proyek.
Kami telah menunjukkan bahwa ada manajer yang akan membuat keputusan penganggaran modal dan kemudian ditransfer atau dipromosikan sebelum proyek dapat dikembangkan, dimanfaatkan, dan berakhir. Akibatnya, manajer ini tidak hadir untuk menerima pujian atau menyalahkan untuk keberhasilan atau kegagalan proyek. Masalah juga ada ketika manajer tetap berada di posisi mereka melalui kami untuk kehidupan proyek, dalam hal ini, manajer mungkin terlibat dalam perilaku disfungsional dalam rangka untuk memastikan keberhasilan proyek.
Kami telah mengamati bahwa
proyek-proyek modal marjinal kadang-kadang diimplementasikan untuk menyediakan
mekanisme bagi manajemen pelatihan.Penganggaran modal juga menjadi ritual dan
dengan demikian gagal untuk mengambil keuntungan dari proyek modal mungkin
bergantung pada para pembuat keputusan bertentangan dengan risiko
pribadi. The mencari risiko perilaku pertentangan dari individu mungkin
juga mempengaruhi proses dan harus dipantau. Akhirnya, kami mencatat bahwa
tekanan politik mungkin sangat mempengaruhi keputusan penganggaran modal.
Sebagai kesimpulan, bisa dikatakan
bahwa penganggaran modal memiliki fasad rasionalitas, terutama ketika rumit,
model matematika yang digunakan. Mereka convery suasana kepastian, logika,
dan ilmu pengetahuan. Namun yang mendasari proses pengambilan keputusan
adalah faktor perilaku yang disebutkan dalam bab ini. Sayangnya, pengambil
keputusan mungkin tidak mau mengakui bahwa proyek manusia irasional.
SARAN UNTUK PERBAIKAN
Apa
yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek samping dari faktor perilaku manusia
pada proses penganggaran modal? Pertama-tama, adalah penting bahwa mereka
yang terlibat dalam penganggaran modal menyadari faktor perilaku yang melekat
dalam proses. Bila memungkinkan, faktor-faktor ini seharusnya tidak
diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relevan yang lebih bersifat
rasional. Meskipun tidak mungkin untuk menghilangkan sepenuhnya faktor
manusia, pendekatan fruitfull akan menekankan kesadaran mereka dan upaya untuk mengendalikan
efek disfungsional mereka.
Selain itu, kami menyarankan
bahwa audit post implementasi dilakukan untuk proyek-proyek penganggaran
modal. Dengan demikian, seseorang dapat mengamati tidak hanya kesesuaian
model keputusan (payback, net present value, dll) dan keakuratan perkiraan data
yang digunakan, tetapi juga dapat mencoba untuk mengidentifikasi berbagai
faktor perilaku yang mempengaruhi pemilihan dan proses manajemen proyek di
sebuah perusahaan tertentu. Di sini, seseorang mungkin mencoba untuk menentukan
faktor perilaku yang merugikan keputusan yang tepat dan implementas yang
disarankan. Setelah ini dilakukan, pembuat keputusan penganggaran modal
dapat mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan fot faktor-faktor dalam
pemilihan dan proses pelaksanaan. Dalam mengembangkan kesadaran ini faktor
merugikan, manajemen harus sangat selaras dengan menemukan kasus ritualisme
dalam proses penganggaran modal dan mencatat apakah averseness risiko atau
kecenderungan risiko manajer individu konsisten dengan tujuan keseluruhan
perusahaan
Audit
post implementasi yang disarankan di sini harus dilakukan sebelum akhir dari
kehidupan proyek modal dan harus memperhitungkan perubahan kondisi. Jika
dilakukan dengan cara ini, akan ada kemungkinan untuk objektif menentukan
standar baru kinerja untuk masing-masing manajer yang mengelola proyek-proyek
modal pendekatan sangat mirip dengan konsep menggunakan fleksibel daripada
anggaran statis dalam penganggaran operasional. Ini contrast dengan
kecenderungan untuk terus mengukur kinerja penganggaran modal terhadap risiko
data asli yang digunakan dalam membuat keputusan penganggaran. Dengan
demikian, konsep fleksibilitas dapat diperkenalkan ke dalam pengelolaan
proyek-proyek modal.
Karena
audit post implementasi dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan sasaran kinerja
baru ditentukan secara periodik, akan ada kemungkinan untuk menetapkan ukuran
kinerja jangka pendek untuk proyek-proyek modal yang konsisten dengan kinerja
jangka panjang dari proyek. Ini akan memiliki efek menghilangkan masalah
yang terkait dengan manajer-manajer semacam istilah akan dievaluasi secara
ketat dengan ukuran kinerja jangka pendek daripada campuran langkah-langkah
jangka pendek untuk operasi normal dan langkah-langkah jangka panjang untuk
proyek-proyek modal.
Pada
titik ini, orang mungkin bertanya-tanya apakah itu akan mungkin untuk
menetapkan tanggung jawab manajer (bahkan jika mereka telah dialihkan) untuk
proyek-proyek penganggaran modal mereka dimulai. Mungkin tidak, karena manajer
harus memiliki kontrol atas kegiatan yang mereka pertanggungjawabkan. Jika tanggung jawab yang berkelanjutan ditugaskan untuk seorang
manajer ditransfer, maka orang tersebut harus berbagi tanggung jawab untuk
proyek modal yang terkait dengan tugas pekerjaan aslinya. Jelas sekali bahwa
jika semua memiliki tanggung jawab, maka tidak ada yang memiliki tanggung
jawab. Dengan demikian, itu adalah recomenmendation kami bahwa langkah-langkah
kinerja jangka pendek yang realistis untuk proyek-proyek penganggaran modal
dikembangkan.
Sebagai
kesimpulan, kami menyarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses
penganggaran modal dan manajemen proyek modal harus setidaknya menyadari faktor
perilaku yang terlibat. Mungkin mereka harus mengambil langkah-langkah aktif
untuk memastikan bahwa faktor perilaku penganggaran modal tidak menyebabkan
keputusan suboptimal.
REVIEW DIAGNOSTIK DARI MODAL PROYEK
PROSES SELEKSI AT XIN, INC
Ada
beberapa faktor penting yang mempengaruhi perilaku proses seleksi proyek di
Xin, Inc. Umumnya, Direksi (dengan beberapa pengecualian) tidak mengambil peran
yang cukup aktif dalam proses pembuatan proyek dan seleksi. Faktor-faktor
perilaku tertentu sekarang akan dipertimbangkan dan rekomendasi untuk
memperbaiki keadaan sangat
disarankan.
Faktor Masalah A
Faktor
pertama menyangkut reaksi pasif dewan untuk kesempatan yang hilang. Jika Ketua
Chelsey hanya membawa proyek dengan tingkat pengembalian tinggi (25 persen atau
lebih tinggi) ke papan, peluang yang menjanjikan hanya kembali 22 persen tidak
dianggap. Proyek-proyek ini tidak dibawa ke papan dan bahkan tidak diusulkan
untuk ketua oleh divisi. Ketua harus memiliki sejarah tidak mendukung
proyek-proyek kecuali mereka memiliki tingkat yang dijanjikan sangat tinggi
pengembalian. Namun, proyek dengan lebih rendah dari 25 persen laba berpotensi
meningkatkan profitabilitas keseluruhan XIN karena tingkat dicapai saat
pengembalian rendah. Perusahaan ini tidak mencapai pertumbuhan dan peningkatan
profitabilitas karena masalah ini.
Rekomendasi A
Dewan
harus mengambil peran yang lebih aktif dalam mempertanyakan ketua pada
proyek-proyek dihindari karena mereka jatuh di bawah 25 persen laba yang
diperlukan jelas ketua. Jika pertumbuhan dan profitabilitas yang penting bagi
dewan, maka mereka harus membujuk ketua untuk mencari lebih banyak kesempatan.
Faktor Masalah B
XIN,
Inc memiliki omset personil yang umum bagi sebagian besar organisasi. Namun,
perusahaan tidak muncul untuk menghubungkan hubungan antara turnover dan
keberhasilan proyek. Hal ini ditunjukkan dalam kesepakatan Jacobsen disebut
oleh Direktur John Searight dan respon dari ketua. Proyek ini diduga berhasil
karena pesaing mempekerjakan setengah dari staf teknik. Selanjutnya, beberapa
orang baik yang hilang berusaha untuk membuat pekerjaan proyek.
Rekomendasi B
Bagian
dari proses pertimbangan proyek oleh dewan harus secara eksplisit menyangkut
korespondensi antara manusia dan keberhasilan proyek. Mereka harus meminta
analisis sensitivitas kembali diproyeksikan untuk berbagai skenario omset
personil.
Faktor Masalah C
Ada
inkonsistensi antara cara bahwa proyek-proyek yang dipilih (kembali
diproyeksikan untuk dia proyek) dan cara manajer divisi dievaluasi
(pengembalian divisi). Karena proyek digabung menjadi divisi, ada kehilangan
identitas, Kecuali untuk proyek Jacobsen dimaksud dalam kasus ini,
akuntabilitas proyek tampaknya hilang untuk sebagian besar proyek.
Rekomendasi C
Dewan
harus bersikeras pada program pasca ulasan implementasi. Ini adalah perangkat
yang sangat berguna untuk menghubungkan janji-janji oleh pengusul dengan
kinerja aktual mereka pada proyek-proyek.
Faktor Masalah D
Persetujuan
proyek oleh dewan tampaknya ritual. Dewan memberkati atau "stempel
karet" proposal dengan menerima laporan dari ketua. Hanya direktur
Lischwitz dan Searight tampaknya memiliki setiap pemesanan serius tentang
proses; Lischwitz mempertanyakan tingkat pengembalian keseluruhan dan Searight
mengekspresikan kekhawatiran tentang sifat tanpa risiko nyata dari proposal dan
kenyataan bahwa proyek menghilang ke divisi dan terlupakan. Ketua secara
pribadi mengasosiasikan dirinya dengan proyek-proyek dengan pernyataan bahwa
".... saya hanya membawa proposal terbaik mutlak untuk Anda untuk
dipertimbangkan."
Setelah
pernyataan seperti itu, dewan akan ragu untuk bersikap kritis terhadap proyek
karena takut bersikap kritis penghakiman ketua. Serius menekuni ihwal proyek,
apalagi suara negatif di atasnya, akan mirip dengan mengatakan kepada chelsey:
"penilaian Anda tentang apa yang terbaik bagi perusahaan adalah tidak
cukup baik." Hal ini juga mungkin tampak tidak loyal kepada perusahaan.
Akhirnya, dewan saat ini sedang mempertimbangkan usulan terutama atas dasar
tarif mereka pengembalian tanpa lebih dalam.
Rekomendasi D
Dewan
harus lebih agresif dalam mempertanyakan usulan sementara pada saat yang sama
membiarkan ketua tahu bahwa dia baik-baik saja. Dewan tampaknya sangat pasif,
kecuali untuk Searight, dan bisa menggunakan beberapa kepribadian lebih
ditentukan. Dengan demikian, beberapa penambahan dewan akan sesuai.
Faktor Masalah E
Ketua
tampaknya menghindari risiko karena proyek dibawa ke dewan yang disebut sebagai
"menjinakkan" oleh Searight dan hanya proyek-proyek yang sangat
menarik disajikan. Untuk tumbuh dan menjadi lebih menguntungkan, perusahaan
harus mencari proyek-proyek dengan potensi, dan bersedia untuk mengambil
beberapa risiko dalam melakukannya.
Rekomendasi E
Perusahaan
harus mengikat kepentingan pribadi ketua lebih dekat dengan kepentingan
pemilik. Paket kompensasi penghargaan ketua untuk pendapatan saat ini saja dan
tidak untuk manfaat masa depan bagi perusahaan. Pendekatan kompensasi harus
diperiksa dengan hati-hati untuk menghargai ketua upaya yang mungkin tidak
muncul dalam pertumbuhan atau pendapatan perbaikan selama bertahun-tahun. Hal
ini dapat dicapai dengan pemberian saham keuntungan masa depan (atau
peningkatan laba) sebagai kompensasi atas kinerja saat ini.
Comments
Post a Comment