POSTULATE, PRINSIP, DAN KONSEP DALAM TEORI AKUNTANSI
A.    Postulate Akuntansi
Postulate adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang diterima secara umum karena sesuai dengan obfectives daripada financial statements, dan menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologis, dan hukum di mana akuntansi harus beroperasi.
1. Dalil Entitas
Akuntansi mengatur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah 
dan berbeda dari pemilik entitas. Postulate entitas menyatakan bahwa 
suatu unit perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dari 
pemiliknya dan perusahaan lain. Postulate merumuskan bidang perhatian 
akuntan dan membatasi objek, peristiwa, dan atribut peristiwa yang 
dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Selain itu, postulate juga 
memungkinkan akuntan membedakan antara transaiksi bisnis dan individu, 
yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah transaksi perusahaan bukan
 transaksi pemilik perusahaan. Dan tanggung jawab pelayanan manajemen 
berada pada pemegang saham.
Defini lain entitas akuntasi adalah dalam kerangka kepentingan 
ekonomi bagi berbgaai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan 
pengendalian administratif unit. Pendekatan ini lebih berorientasi 
pemakai dari pada orientasi perusahaan.
Salah satu cara mendefinisi entitas akuntansi adalah mendefinisikan 
sebagai unit ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan 
pengendalian administratif atas unit. Postulat A.2 Accounting Research Study N0.1 menyatakan bahwa “aktivitas
 ekonomi dilakukan melalui unit atau entitas tertentu”. Pendekatan ini 
dicontohkan dengan baik oleh pelaporan konsolidasian entitas yang 
berbeda sebagai unit ekonomi tunggal, tanpa memperhatikan perbedaan 
hukumnya.
Cara lain mendefinisi entitas akuntansi adalah dalam kerangka 
kepentingan ekonomi berbagai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan 
pengendalian administratif unit Pendekatan ini lebih berorientasi 
pemakai daripada berorientasi perusahaan. Kepentingan pemakai, bukan 
aktivitas ekonomi perusahaan, mendefinisi batasan entitas akuntansi dan 
informasi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan. Konsep dari
 American Accounting Association tahun 1964 dan komite studi 
penelitian standar tentang konsep entitas bisnis mendukung pandangan 
ini, meyatakan bahwa “batasan entitas ekonomi dapat diidentifikasi:
a. Dengan menentukan kepentingan individual atau kelompok; dan
b. Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok. 
Pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang 
merupakan hasil dari skopa akuntansi baru sebagai upaya untuk memenuhi 
kebutuhan potensial semua pemakai. Sebagai contoh, informasi yang 
dihasilkan dari kemungkinan adopsi akuntansi sumber daya manusia, 
akuntansi sosioekonomi, akuntansi untuk kos modal, dan pelaporan 
prakiraan keuangan mungkin akan semakin mudah masuk dalam laporan 
keuangan yang didasarkan pada pendekatan pemakai daripada pendekatan 
perusahaan dalam mendefinisikan entitas akuntansi.
2. Dalil Kelangsungan Usaha
Postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa entitas akuntansi akan 
terus beroperasi. Dalil ini berasumsi bahwa perusahaan tidak diharapkan 
untuk dilikuidasi dalam masa yang akan datang yang dapat diketahui dari 
sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk jangka waktu 
yang tidak tertentu.
Postulat kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung teori 
manfaat. Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer 
untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya
 ke perusahaan. Kelangsungan usaha (yaitu, kontinuitas entitas akuntansi
 yang tidak terbatas) adalah penting untuk justifikasi teori manfaat.
Storey dan Sterling secara terpisah berpendapat bahwa postulat 
kelangsungan usaha tidak memberikan justifikasi untuk penilaian sediaan 
dengan cosh. Storey berpendapat bahwa “hal tersebut merupakan konvensi 
realisasi dan bukan konvensi kelangsungan usaha yang mensyaratkan 
penilaian sediaan dengan kos”.
Sterling berpendapat, anggapan bahwa entitas akuntansi memiliki 
kehidupan yang tidak terbatas tidak menjustifikasi nilai likuidasi, 
tetapi juga bahwa asumsi ini bukan alasan yang memadai untuk menggunakan
 kos historis ketika terdapat alternatif penilaian lain yang lebih 
relevan. Selanjutnya, jika postulat kelangsungan usaha dipertahankan, 
hal tersebut diyakini sebagai prediksi.
Fremgen menawarkan suatu definisi yang konsisten dengan pandangan 
bahwa postulat kelangsungan usaha merupakan kesimpulan atau pertimbangan
 dan bukan asumsi, ketika dia menyatakan bahwa “entitas dipandang 
sebagai tetap berada dalam operasi secara tidak terbatas” dengan 
mempertimbangkan bukti-bukti yang mendukungnya bukan “karena tidak ada 
bukti yang menyatakan sebaliknya”.
3. Dalil Unit Pengukuran
Menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses 
mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan 
moneter. Unit pertukaran dan pengukuran diperlukan untuk mencatat 
transaksi perusahaan dengan cara yang seragam. Pengukur umum yang 
dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Kebertukaran barang, jasa, 
dan modal diukur dalam satuan uang.
Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur ini terkait
 dengan unit moneter itu sendiri sebagai unit pengukur. Karakteristik 
utama adalah daya beli unit moneter, atau kuantitas barang atau jasa 
yang satuan uang dapat digunakan.Tidak seperti meter, yang variasi 
panjangnya 100 sentimeter, daya beli unit moneter, dalam hal ini dolar, 
tunduk perubahan. Teori akuntansi konvesional berhubungan dengan 
permasalahan ini dengan menyatakan bahwa postulat unit pengukur juga 
“postulat moneter yang stabil dalam artian bahwa postulat menganggap 
daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya tidak 
signifikan. Meskipun ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan 
sekarang, postulat moneter yang stabil merupakan objek kritik yang 
terus-menerus. Profesi akuntansi menghadapi tantangan untuk memilih 
antara unit uang dan unit daya beli umum sebagai unit pengukuran 
akuntansi.
4. Dalil Periode Akuntansi
Meskipun postulate kelangsungan usaha menyatakan bahwa setiap 
perusahaan akan tetap ada pada periode waktu yang tidak terbatas, namun 
adalakalanya pemakai meminta berbagai informasi tentang posisi keuangan 
dan kinerja perusahaan untuk membuat keputusan jangka pendek. Dari hal 
tersebut maka postulate periode akuntansi menyatakan bahwa laporan 
keuangan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak 
penghasilan, yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, 
dan praktik bisnis tradisional, menggunakan periode normal satu tahun. 
Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan periode akuntansi yang 
terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan tahun 
fiskal, atau tahun bisnis “alami”. Bila siklus bisnis tidak berhubungan 
dengan tahun kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode 
akuntansi ketika aktivitas bisnis telah mencapai titik terendah. Karena 
kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan dan sering, 
kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan intern yang menyediakan 
informasi keuangan triwulanan atau bulanan.
Dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan 
keuangan jangka pendek, postulat periode akuntansi membebankan akrual 
dan tangguhan, penerapan yang menyebabkan perbedaan penting antara 
akuntansi akrual dan kas. Setiap periode, penggunaan akrual dan 
tangguhan diminta dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan dalam 
istilah seperti expenses dibayar dimuka, pendapatan yang belum diterima,
 gaji yang belum dibayar, dan expenses depresiasi.
B.      Prinsip-prinsip Akutansi 
adalah aturan keputusan umum (general decision rules) yang diturunkan
 dari objectives dan theoretical concepts; accounting principles inilah 
yang mengatur pengembangan accounting technique.
1. Prinsip Cost (Biaya)
Menurut prinsip biaya, biaya perolehan / akuisisi atau biaya historis
 adalah dasar penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh
 barang dan jasa, beban, biaya, dan ekuitas. Dengan kata lain, suatu 
transaksi dinilai pada harga pertukaran pada saat barang tersebut dibeli
 dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai setelah amortisasi.
Biaya menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang 
diberikan untuk memperoleh barang atau jasa. Jika imbalan terdiri dari 
aset non-moneter, harga pertukaran adalah ekuivalen kas atas aset atau 
jasa yang diterima. Prinsip biaya dapat diterapkan dalam pengukuran 
utang dan modal.
Prinsip biaya dijustifikasi oleh dalil objektivitas dan dalil 
kelangsungan usaha. Biaya perolehan adalah objektif dimana informasi 
yang dihasilkan dapat diuji kebenarannya.
2. Prinsip Revenue (Pendapatan)
Prinsip revenue menspesifikasi sifat komponen-komponen revenue, pengakuan revenue, dan waktu pengakuan revenue. Revenue
 diinterpreatsikan sebagai aliran masuk aset bersih yang berasal dari 
penjualan barang atau jasa, aliran keluar barang atau jasa dari 
perusahaan kepada pelanggan, dan produk perusahaan yang dihasilkan dari 
penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu 
tertentu.
3. Prinsip Penandingan
Prinsip ini menyatakan bahwa expenses harus diakui pada periode yang 
sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam periode tertentu sesuai 
dengan prinsip revenue, dan expenses yang terkait kemudian diakui.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias
 personal pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan 
didasarkan pada bukti, merupakan konsensus di antara kelompok pengamat 
atau pengukur tertentu, digunakan sebagai indikator tingkat objektivitas
 suatu sistem pengukuran.
5. Prinsip Konsistensi
Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya
 dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. 
Penerapan ini membuat laporan keuangan menjadi lebih komparabel dan 
berguna.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Pengungkapan penuh mengharuskan laporan keuangan dirancang dan 
disusun untuk menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang
 telahmemegaruhi perusahaan selama periode berjalan dan supaya 
mengandung informasi yang mencukupi gunamembuatnya berguna dan 
menyesatkan bagi investor.
Skinner menarik perhatian pada bebrapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari pengungkapan penuh;
a. Rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika 
penilaian dibutuhan dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode 
tersebut bersifat khusus bagi entitas pelaporan tersebut, atau ketiak 
metode akuntansi alternative digunakan.
b. Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau 
untuk mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas 
entitas pelaporan.
c. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau meetode penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu.
d. Aktiva, keajiban, biaya, dan pendpatan, yang dihasilkan dari 
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki kepentingan pengendalian 
dengan direktur atau pjabat yang memiliki huungan istimewa dengan 
entitas tersbut.
e. Aktiva, kewaiban, dan komitmen kontijen.
f. Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah 
tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap possi keuangan 
entitas terebut.
7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih di antara dua 
atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima maka preferensinya 
adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang 
saham.
Sterling menyebut konservatisme sebagai ‘’prinsip penilaian akuntansi
 yang paling kuno dan mungkin paling  bertahan’’. Konservatisme masih 
digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan, 
seperti memilih umur estimasi manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk 
akuntansi depresiasi dan konsekuensi aturan dari penerapan kosep.
8. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengecualian atau 
modifikasi. Menganggap bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak
 ekonomi yang memiliki dampak ekonomi yang signifikan dapat ditangani 
secara cepat, tanpa memdulikan apakah hal tersebut sesuai dengan prinsip
 akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Secara umum otoritas akuntansi 
telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian akuntan, dan 
pada saat yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Prinsip 
materialitas kurang memiliki definisi operasional. Kebanyakan menekankan
 padaperanan akuntan dalam menginterpretasi-kan apa yang material dan 
apa yang tidak.
9. Prinsip Keragaman dan Komparabel
Prinsip ini bertujuan melindungi pengguna dan menyajikan data yang 
bermanfaat bagi pengguna. Keseragaman tidak mendorong komparabilitas, 
sebagai tujuan yang tidak layak. Fleksibilitas terbukti telah mendorong 
munculnya kebingungan dan ketidakpercayaan.
C.    Konsep Teoritis  
Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang diterima secara umum karena sesuai dengan objectives daripada financial statements. dan yang menggambarkan sifat dari accounting entities yang bergerak dalam perekonomian yang bebas yang ditandai oleh hak milik atas suatu kekayaan.
 
 
Comments
Post a Comment